Nama beliau Mbah Wiryo, 80 tahun lebih kata beliau. Hidup bersama 2 cucu perempuan yang masih sekolah di SMA dan SMP, ibu mereka sudah meninggal karena sakit. Setiap hari sekitar jam 5 sore sampai tengah malam, berjualan di depan gedung Sasono Hinggil, Alun alun Kidul (Alkid) Jogja. Dagangannya nggak banyak, sekedar beberapa botol minuman, makanan kecil seperti telur asin, intip dan sebagainya. Diumur beliau yang harusnya sudah lepas dari asap kendaraan dan angin malam, beliau masih harus berjualan demi cucu cucunya dan untuk menyambung hidup. Beliau bukan sosok yang mengandalkan belas kasihan orang. Setiap Rabu dan Jum'at, kalau saya latihan di Alun alun kidul, beliau sudah menggelar lapak kecilnya diantara motor motor yang parkir didepan Sasono Hinggil. Pernah kami kasih sekedar makanan kecil untuk cucu cucunya, meskipun setelah eyel eyelean ndak mau, besoknya kalau kami beli minum beliau nggak mau menerima uangnya. Lalu beberapa hari yang lalu saat kebetulan saya punya sebungkus nasi goreng yang ndak mungkin saya makan karena udah makan dan adek saya juga pasti udah tidur, lalu saya kasih beliau sambil eyel eyelan juga, besoknya di motor saya sudah ada sekresek telur asin. Bahkan setelah saya mengambil foto inipun beliau malah sibuk nyari tas kresek buat nggantungin telur asin lagi di motor saya. Jawaban beliau saat kami tanya kenapa kok ndak mau menerima sedikit bantuan sangat membuat saya jleb dan tertegun. "Mbah sudah tua, takutnya ndak punya waktu lagi untuk membalas kebaikan njenengan, mas".
Teman teman, disaat kita disana sini ribut berbagai hal, dari isu jenggot sampai Syria. Dari Freeport sampai Laut China Selatan, secara bersamaan kita melewatkan kehidupan kehidupan bijak yang lalu lalang di dekat kita. Mbah Wiryo mungkin nggak tau apa itu Syria, Mbah yang lain mungkin bahkan nggak tau Laut China Selatan itu dimana. Yang mereka tahu hanya “how to survive today”. Istilah istilah sulit yang kita baca di muqorror muqorror kuliah, jargon jargon yang kita share di facebook, hastag hashtag instagram tapi hanya tetap sebagai konsep seolah membuat kita jadi egosentris, self-centered. Apalagi kejadian belakangan ini beberapa mahasiswa yang nggak mau mbayar makan di restaurant, apa nggak malu sama Mbah Wiryo?. Di surat Al Baqoroh Allah sudah mengkode kita tujuan kita diciptakan, Inni ja’ilun fil ardhi kholifah. Sebagai kholifah, perwakilan-Nya, perpanjangan tangan-Nya untuk mengurus dan mengelola dunia. Lalu banyak diantara kita yang setelah diciptakan, menjadi takut. Takut nggak kebagian, takut kehabisan, lalu mulai menunjukkan ego. Ego yang membludak tak terkontrol menciptakan monster yang sangat destruktif : kerakusan. Bahkan sampai pahala pun rakus, pengen menang sendiri dan yang lain harus kalah. Kalau istilah Cak Nun, namanya Kemaruk Pahala. Padahal selain Fastabiqul khoirot, Gusti Allah juga berfirman “ Ta’awanuu ‘alal birri wat taqwa, salinglah tolong menolong dalam kebaikan. Sebagai kholifah.
Saat anda merasa sakit, itulah bukti bahwa anda hidup. Saat anda merasakan sakitnya orang lain, itulah tanda bahwa anda itu manusia. Teman teman, disekeliling kita banyak Mbah Wiryo yang lain. Yang tidak akan menunggu kita untuk mulai kembali jadi manusia, menjadi kholifah sejati. Jangan sampai kita menjadi apa yang dikhawatirkan para malaikat jauh sebelum kita diciptakan. Qaluu ataj’alu fiiha man yufsidu fiihaa wa yasfiku dima’, wanahnu nusabbihu bihamdika wa nuqoddisu laka,” Para malaikat berkata (kepada Allah), apakah Engkau akan menciptakan (manusia) didalamnya (dunia) mereka yang akan berbuat kerusakan padanya dan saling menumpahkan darah sedangkan kami selalu bertasbih dan mensucikan-Mu?”.
Selamat hari ini, dan semoga hidup anda lebih bahagia.
Mari kita kerjakan dharma ke-2 pramuka, dan kita buktikan pada para malaikat bahwa kekhawatiran mereka tidak sepenuhnya benar.
P.S,: Ini bukan HOAX, silahkan dibaca, jika ada yang kurang benar bisa inbox saya, jika setuju mohon dishare.Teman teman yang kebetulan ke Alkid, bisa bantu mbah mbah yang disana, ada banyak kok, dengan berbelanja. Yang mereka dapatkan nggak banyak, tapi insha Allah bermanfaat.
Dulu, Aku sangat kagum pada orang cerdas, kaya, dan yang berhasil dalam karir. Hidup sukses dan hebat dalam dunianya.
•••
Sekarang, Aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku. Aku kagum dengan orang yang hebat di mata Allah. Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa dan bersahaja.
•••
Dulu, Aku memilih marah ketika merasa harga diriku dijatuhkan oleh orang lain yang berlaku kasar padaku kan menyakitiku dengan kalimat-kalimat sindiran.
•••
Sekarang, Aku memilih untuk banyak bersabar & memaafkan. Karena Aku yakin ada hikmah lain yang datang dari mereka ketika aku mampu memaafkan dan bersabar.
•••
Dulu, Aku memilih mengejar dunia dan memupuk harta. Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan dan minum untuk hari ini.
Sekarang, Aku memilih bersyukur dengan apa yang ada dan memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dengan apa yang bisa aku lakukan dan bermanfaat untuk Agama dan sesamaku.
•••
Dulu, Aku berfikir bahwa aku bisa membahagiakan orang tua, saudara dan teman-temanku jika aku berhasil dengan duniaku. Ternyata yang membuat mereka bahagia bukan itu, melainkan ucapan, sikap, tingkah dan sapaanku kepada mereka.
Sekarang aku memilih unyuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku.
•••
Dulu, fokus pikiranku adalah membuat rencana-rencana dahsyat untuk duniaku. Ternyata aku menjumpai teman-teman dan saudaraku begitu cepat menghadap kepada-Nya.
•••
Sekarang, yang menjadi fokus pikiran dan rencanaku adalah bagaimana agar hidupku dapat diridhai oleh Allah dan sesama jika suatu saat diriku dipanggil oleh-Nya.
•••
Tak ada yang bisa memberikan JAMINAN bahwa aku bisa MENGHIRUP NAFAS ESOK hari. Jadi apabila hari ini dan hari esok aku masih hidup, itu adalah karena kehendak-NYA semata.
Dulu, Aku sangat kagum pada orang cerdas, kaya, dan yang berhasil dalam karir. Hidup sukses dan hebat dalam dunianya.
•••
Sekarang, Aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku. Aku kagum dengan orang yang hebat di mata Allah. Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa dan bersahaja.
•••
Dulu, Aku memilih marah ketika merasa harga diriku dijatuhkan oleh orang lain yang berlaku kasar padaku kan menyakitiku dengan kalimat-kalimat sindiran.
•••
Sekarang, Aku memilih untuk banyak bersabar & memaafkan. Karena Aku yakin ada hikmah lain yang datang dari mereka ketika aku mampu memaafkan dan bersabar.
•••
Dulu, Aku memilih mengejar dunia dan memupuk harta. Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan dan minum untuk hari ini.
Sekarang, Aku memilih bersyukur dengan apa yang ada dan memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dengan apa yang bisa aku lakukan dan bermanfaat untuk Agama dan sesamaku.
•••
Dulu, Aku berfikir bahwa aku bisa membahagiakan orang tua, saudara dan teman-temanku jika aku berhasil dengan duniaku. Ternyata yang membuat mereka bahagia bukan itu, melainkan ucapan, sikap, tingkah dan sapaanku kepada mereka.
Sekarang aku memilih unyuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku.
•••
Dulu, fokus pikiranku adalah membuat rencana-rencana dahsyat untuk duniaku. Ternyata aku menjumpai teman-teman dan saudaraku begitu cepat menghadap kepada-Nya.
•••
Sekarang, yang menjadi fokus pikiran dan rencanaku adalah bagaimana agar hidupku dapat diridhai oleh Allah dan sesama jika suatu saat diriku dipanggil oleh-Nya.
•••
Tak ada yang bisa memberikan JAMINAN bahwa aku bisa MENGHIRUP NAFAS ESOK hari. Jadi apabila hari ini dan hari esok aku masih hidup, itu adalah karena kehendak-NYA semata.
Berita Terkait :
Label:
Alkisah