Home » » Tak Kenal Menyerah

Tak Kenal Menyerah


Info guru dan siswa : Ruangan Studio Radio Geronimo FM tiba-tiba senyap.. Kawan siaran saya Awan Narendra matanya tampak berkaca-kaca, tamu acara Kongkow Bisnis pertengahan September lalu saya menghadirkan Aji Musafa, pejuang kehidupan yang menampar pipi kita hingga babak belur. 

Kata-katanya di Radio waktu itu, 

"Saya sudah divonis lumpuh seumur hidup oleh dokter, semua masa depan tampak suram dan gelap. Dalam kesedihan ditinggal Bapak, ibu saya memutuskan bekerja di Jakarta agar kami di kampung tetap bisa makan. Saya ingat waktu itu, di dapur yang berlantai tanah saya merangkak menggoreng telor untuk 3 adik saya yang masih kecil, telur itu hanya satu, kami bagi 4 untuk lauk kami makan hanya dengan nasi.. "

---------------

Saya kaget pas membuka pintu rumah, kok ada suara langsung mengenali saya, lah mana orangnya?!

Mata saya tertunduk ke bawah.. Seorang anak muda ganteng, berkulit putih duduk bersimpuh di depan pintu.

"Lho lho..
Ayo berdiri kok malah duduk disini" ajak Saya.

"Maaf mas.. Saya tidak bisa berdiri" jawabnya sambil tersenyum.

Saya menoleh ke kiri, ada kursi roda di garasi. Tidak jauh di halaman ada motor dengan jok amburadul yang sudah dimodifikasi.

saya takjub seketika.. Mengajaknya masuk rumah, dia merangkak masuk dengan menggunakan lututnya. Di dalam rumah saya langsung merangkulnya. Wah wah, siapa lagi yang Allah kirim hari ini..

Purbalingga 2005, wanita itu menahan tangis di jalan ujung desa. Seorang ibu yang melepas anak sulungnya yang akan pergi ke Jogja sendirian. Bukan anak biasa, tapi anak istimewa. Namanya Aji Musafa, kelahiran tahun 1985. Masa kecil dilalui dengan bahagia, berlari bebas dan bermain dengan kawan-kawannya. Sampai umur 13 tahun tiba-tiba kebahagiannya terenggut, kedua kakinya tiba-tiba kaku, uratnya seperti tertarik ke belakang, makin hari makin sakit, Aji harus berjalan dengan posisi jinjit. Telapak kakinya tidak lagi rata. Selama SMP dan SMA dia berangkat ke sekolah dengan bantuan kruk yang tiap hari tertatih menyangga tubuhnya. Duduk sendirian di luar kelas, memandang dari jauh kawan-kawannya yang bermain basket dengan riang gembira.

Ketika ada kunjungan mereka wajib berakting seolah-olah sedang ada kegiatan pelatihan. Lain hari datanglah puluhan kursi roda dari Belanda, pengola yayasan justru menjual kursi roda itu kepada pihak luar, Aji dan kawan-kawannya malah tidak kebagian. Masya Allah.. begitu dzalimnya!
Lain hari ada donatur yang datang khusus memberikan kursi roda untuk Aji, dia sekarang tidak perlu berjalan dengan jinjit lagi, dengan beban kruk yang menyakitkan pundak kanan kiri. Hari itu ada kesempatan, Aji menyelinap keluar, dengan kursi rodanya dia pergi dari yayasan itu tanpa tujuan.
Duduk bersimpuh dan mengepel lantai di kanan kirinya... Bergeser lagi, lalu dipel lagi.. Hingga seluruh lantai masjid itu bersih.
"Ji, kamu ambil dulu barang dari saya.. Kamu keliling aja ke perumahan-perumahan lalu kamu tawarkan. Nanti bayar bisa belakangan"
Dari pertemuan itulah Aji kelak mendapatkan ilmu membuat produknya sendiri.
"Saya kalo di parkiran bis Kaliurang, saya naiki bis itu satu-satu, dengan merangkak saya bawa dompet itu. Saya tawarkan ke penumpang yang duduk di kanan kiri, ada yang membeli, banyak yang memandang sebelah mata.. Semua saya jalani dengan sabar saja"
"Kamu pakai saja ji, dimodifikasi boleh.. Kalo suatu saat mau kamu beli terserah kapan mau bayarnya"
Ehem... Ustadz yang dulu petikan gitarnya di panggung-panggung band ternama membuat remaja menjerit histeris.. Sejak itulah Aji berjualan dengan motor modifikasi pinjaman itu. Tidak lagi panas-panasan keluar masuk kampung dengan mengayuh kursi roda. Jualannya tidak hanya dompet, tapi juga kurma yang mengantarkannya sampai ke rumah saya.
Aji mengangguk dengan wajah yang berbinar-binar.. Allah lah yang mendatangkan kemudahan untuknya.
"dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah......" (QS. Yusuf: 87)
(QS. Al Hijr: 55)
Kita instropeksi diri.. 
Memandang diri kita sendiri..
Kenapa rejeki kita masih sempit?
Kenapa masalah-masalah tak kunjung selesai?
Kenapa hidup jauh dari ketenangan?
Kenapa hati selalu gundah?
Kenapa jiwa selalu resah?
Kenapa hidup selalu gelisah
Kenapa doa kita belum diijabah?
Allah pemilik semua solusi, pemilik semua rezeki, namun selama ini Dia kita cueki..



Meleleeeh... netes berderai-derai..

Saya teringat kisah ketika Allah mempertemukan saya dengan Aji dua tahun lalu..

"Masya Allah.. Mas Saptuari!"

"Saya Aji mas, dulu pernah ikut seminar mas Saptu di UNY. Saya juga kaget kok bisa ketemu mas Saptu disini, saya gak tau kalo ini rumah mas Saptu. Saya keliling jualan kurma mas. Mau Ramadhan pasti banyak yang butuh kurma.." Dia mengenalkan diri.

Kami ngobrol panjang hari itu, saya pasang kuping dan merekamnya di otak dengan kualitas double stereo, pasti ada pelajaran yang menarik dari kisah hidupnya yang suatu saat bisa saya tulis untuk inspirasi ribuan pembaca..

Begini kisahnya..

Aji tinggal bersama ibu dan ketiga adiknya, di sebuah dusun 20 km dari kota Purbalingga. Ayahnya yang bekerja di Malaysia menghilang sejak tahun 2003 dan tidak ada kabar hingga hari ini.

Waktu itu datang rombongan sebuah yayasan dari Jogja, yang menjanjikan biaya hidup untuk para difabel dan akan diberikan ketrampilan. Aji tertarik, usai SMA berpamitan kepada ibunya meninggalkan kota Purbalingga untuk mulai berjuang di Kota Jogja. Ibunya yang tegar itulah yang mengantarkannya di ujung desa, mengiringinya dengan air mata dan doa-doa..

Namun harapan palsu itu yang dapat, di Jogja yayasan ini justru hanya memanfaatkan Aji dan kawan-kawannya sesama difabel. Mereka di jadikan etalase hidup untuk menghimpun dana jika ada kunjungan dari para donatur. Setiap hari suara bentakan mereka terima, mau sholat pun waktunya dibatasi. Tiap subuh suara-suara bentakan pengasuh mengalahkan suara adzan yang berkumandang dari kampung sebelah.

Sebuah masjid di Jalan Kaliurang bagian utara Jogja menjadi persinggahannya sementara. Orang-orang mulai mengenalnya. Anak muda merangkak yang membersihkan masjid di sana. 
Lain hari seseorang mengajak Aji jualan dompet dan tas kerajinan tangan. 
Perjuangan dimulai, selama 3 tahun Aji berkeliling dengan kursi roda, menawarkan dompet dagangannya. Mengetuk 1000 pintu, melewati ratusan gang dan jalan. Ditolak ratusan orang, diterima sebagian lainnya. Panas terik sudah biasa, hujan dan gerimis berlalu saja. Dari situ dia bisa menafkahi hidupnya sendiri di Jogja. Pantang meminta-minta pada manusia.
Tahun berlalu, seorang ustadz muda menawari untuk memakai motornya, agar Aji tidak lagi mengayuh kursi roda untuk berjualan.
Ketika dia pamit pulang saya antarkan sampai ke halaman, melihat langsung ketika dia dengan lincah menaikkan kursi roda ke bak motornya, terus di meloncat bergeser ke jok motor di sebelah kanan. Bertahun-tahun ditempa di jalan, Manusia bermental baja! Keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berjuang.
Lain hari Aji datang lagi... Masya Allah dia datang bersama istri dan anaknya. Duduk di kursi roda disamping motornya. Allah Maha Kuasa mengirimkan Devi wanita itu untuk jadi pendamping hidupnya. Seorang anak yang lucu yang sekarang jadi penghibur hari-harinya. Besoknya saya gantian datang ke kontrakannya. Melihat keluarga kecil Aji yang sederhana. Saya jadi saksi ketika adzan berkumandang, dia keluar dengan kursi roda dan langsung menuju masjid. Merangkak mendekat pada panggilan Tuhannya.
"Ji.. Kami dari ‪#‎SedekahRombongan‬ ingin memberimu motor matic modifikasi, agar dirimu lebih maksimal ketika jualan. Motor ini harus mindah gigi membuatmu kerepotan melepas satu tangan, motor ini nanti dikembalikan saja biar bermanfaat untuk lainnya"
Sebulan kemudian saya mengantar Aji mengambil motornya yang di modifikasi di Muntilan. Bengkel milik mas Bambang, seorang difabel juga yang lumpuh dari pusar ke bawah karena kecelakaan waktu SMA dulu. Lelaki ini juga luar biasa.. Bisa mandiri menafkahi dirinya sendiri, pantang bersandar pada orang lain.
Sejak saat itulah Aji berkeliling dengan motor maticnya, membeli bahan dompet dari kulit ikan pari, melapisinya dengan pilihan warna, lalu dijahitkan pada mitranya yang punya 14 penjahit difabel semua. Menjualnya lewat pesanan dan pameran, melayani pesanan se Indonesia. Anak muda dari dusun terpencil dari Purbalingga itu telah menemukan jalannya. Ketika dia tidak mengeluh dengan cobaan, dia sepenuhnya bersandar penuh pada Tuhannya..
Allah mengangkat derajatnya! Sabaaarrr dan sholat senjatanya, dan menjadi pembuktian ayat-ayatNya, menjadi ilmu nyata untuk ribuan orang lainnya..
"Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu.." (QS Al Baqarah 153)
"......Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.”
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.” (QS. Ar Rum: 37)
Mari ambil kaca kawan, yang paling guedeeee di rumah, berdirilah di depannya. 
Mungkin karena selama ini kita bersandar kepada selain Allah... 

0 komentar:

Powered by Blogger.