Album Foto Kemah serta pengertian dan tujuanya

foto kemah bakti smk yappi wonosari

Ini adalah tautan foto-foto kegiatan perkemahan yang dilaksanakan pada di ponjong. Untuk detailnya klik disini sedangkan pengertian berkemah adalah:


A. Pengertian Berkemah
Berkemah atau Perkemahan adalah salah satu macam kegiatan dalam kepramukaan yang dilaksanakan secara out bond. Kegiatan ini merupakan salah satu media pertemuan untuk pramuka.

B. Tujuan Berkemah
Memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya, menjaga lingkungan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab akan masa depan yang menghormati keseimbangan alam.
Mengembangkan kemampuan diri mengatasi tantangan yang dihadapi, menyadari tidak ada sesuatu yang berlebih di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam kesederhanaan.
Membina kerjasama dan persatuan dan persaudaraan.


C. Macam macam perkemahan         
Ditinjau dari Lamanya Waktu :

  1. Perkemahan Satu Hari (Persari).
  2. Perkemahan Sabtu Malam Minggu (Persami).
  3. Perkemahan lebih dari tiga hari.

Ditinjau dari Tempat Pelaksanaannya :

  1. Perkemahan Menetap
  2. Perkemahan Safari (Berpindah-pindah)
Ditinjau dari Tujuannya :
  1. Kemah Bakti. Seperti; Perkemahan Wirakarya (PW).
  2. Kemah Pelantikan. Seperti; Perkemahan Pelantikan Tamu Ambalan, Pelantikan Bantara dan lain-lain
  3. Kemah Lomba. Seperti; Olah Terampil, WRC.
  4. Kemah Rekreasi.
  5. Kemah Jambore.
  6. Kemah Riset/Penelitian                     
Ditinjau berdasarkan jumlah pesertanya :


  1.       Perkemahan satu regu/sangga
  2.       Perkemahan satu Pasukan/Ambalan/Racana
  3.       Perkemahan tingkat : Ranting/Cabang/Daerah/Nasional/Regional/Dunia.


        D. Pelaksanaan Perkemahan
        Untuk suatu perkemahan yang baik, maka prosedur yang harus ditempuh adalah :

        1. Persiapan (1) Penentuan waktu, tempat, tujuan dan biaya (2) Pengadaan peralatan dan perbekalan, peninjauan ke daerah berkemah (3) Ijin orang tua peserta dan ijin memberitahukan kepada penguasa setempat (4) Pembentukan panitia/staf pelaksana (5) Memantapkan kesiapan mental fisik, dan ketrampilan
        2. Pelaksana (1) Pemimpin perkemahan sebagai penanggung jawab (2) Pembantu-pembantu dari pembina pramuka (3) Panitia/staf pelaksana sesuai keperluan (4) Pembagian tugas pendayagunaan
        3. Acara (1) Acara harian yang menjelaskan acara pokok secara garis besar (2) Acara kegiatan keseluruhan yang berisi perincian waktu dan kegiatan selama berkemah (3) Acara perorangan dan kelompok
        4. Pelaksanaan (1) Kegiatan hendaknya diusahakan menurut rencana yang telah dipersiapkan sesuai dengan tujuan diselenggarakannya perkemahan (2) Acara mungkin saja dapat berubah, sesuai dengan perkembangan keadaan (3) Perubahan acara seyogyanya tidak kearah resiko yang lebih berat (4) Pelaksanaan acara harus disesuaikan dengan kemampuan peserta perkemahan dan acara berikutnya (5) Mengusahakan adanya acara pengganti dan tambahan untuk mengisi kesibukan pada waktu terluang (6) Faktor pengamanan dan keselamatan peserta harus diperhatikan
        5. Penyelesaian (1) Pembongkaran tenda-tenda (2) Pembersihan tempat berkemah (pada prinsipnya tempat bekas berkemah harus lebih baik dan lebih bersih dari pada waktu datang) (3) Pengecekan pengembalian barang pinjaman (4) Upacara penutupan dan ucapan terima kasih kepada masyarakat setempat (5) Jika mungkin dilakukan penyerahan sumbangan bagi keluarga masyarakat yang kurang mampu, baik berupa bahan makanan, pakaian layak pakai atau lainnya.

        E. Evaluasi
        Untuk mengetahui hasil perkemahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk perkemahan di masa-masa mendatang kita dapat mengevaluasi dengan :

        1. Mencatat prestasi kegiatan perorangan maupun kelompok selama berkemah
        2. Mengajukan pertanyaan kepada peserta perkemahan
        3. Melihat perubahan sikap peserta perkemahan sebelum dan sesudah pulang berkemah
        4. Melihat kesehatan peserta (banyak yang sakit atau tidak)
        5. Kekurangan dan kesalahan serta hambatan dicatat guna perbaikan pada perkemahan yang akan datang
        6. Menyusun laporan hasil berkemah merupakan suatu kewajiban untuk penanggung jawab perkemahan


                    F. Lain lain
                    Dalam berkemah kita perlu mencari tempat yang baik dan ideal, yaitu :

                    1. Tanahnya rata atau sedikit miring dan berumput dan terdapat pohon pelindung
                    2. Dekat dengan sumber air
                    3. Terjamin keamanannya
                    4. Tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari kampung dan jalan raya
                    5. Tidak terlalu jauh dengan pasar, pos keamanan dan pos kesehatan
                    6. Memiliki pemandangan menarik

                    Album Foto Siswa Lulus TA 2014/2015


                    Ini adalah tautan album foto siswa kelas XII tahun 2014/2015

                    Kelas XII TIA klik disini
                    Kelas XII TIB klik disini
                    Kelas XII OA klik disini
                    Kelas XII OB klik disini
                    Kelas XII OC klik disini
                    Kelas XII OD klik disini
                    Kelas XII LIS klik disini

                    Berikut Daftar Siswanya :


                    5382 9961253403 ALDY SETYAWAN XI L
                    5383 AVO REHANA ZANAH ISMAYANATI XI L
                    5384 9982153563 FAJAR ISNANTYO XI L
                    5385 9973000827 HENDRA KURNIAWAN XI L
                    5386 9968207892 KURNIAWAN SAPUTRA XI L
                    5387 9978070771 MUHADI XI L
                    5388 9972864281 NISMMA REGIVA NAUMA XI L
                    5389 9972831251 NUR ISKANDAR WAKHID XI L
                    5390 9952236123 PRAMUDA AGUSTIAWAN XI L
                    5391 9972190349 RENALDI XI L
                    5392 9973000828 RIZKI NUGROHO XI L
                    5393 9966407334 SURYANTO XI L
                    5395 9962259294 UNTUNG GINANJAR SSP XI L
                    5396 9953906114 WAHYUDI XI L
                    5397 9969300940 WIWIT SETIYANA XI L
                    5525 WAHYU WINARNO XI L

                    Tempayan Retak


                    Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya.
                    Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
                    Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Situkang air hanya 
                    dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun sitempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.
                    Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, “Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.”
                    “Kenapa?” tanya si tukang air. “Kenapa kamu merasa malu?”
                    “Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi,” kata tempayan itu.
                    Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, “Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”
                    Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga
                    indah di sepanjang sisi jalan. Itu membuatnya sedikit terhibur.
                    Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari
                    mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”
                    Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias dunianya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.



                    Berita Terkait :

                    Kesombongan dan Keangkuhan Manusia


                    Sebuah kapal karam di tengah laut karena terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke sebuah pulau kecil yang gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa.
                    Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan 
                    di sisi-sisi pulau tersebut. Doa pertama mereka panjatkan, mereka memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong. Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri.
                    Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya. Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu.
                    Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima berkah tersebut karena doa-doanya tak pernah terkabulkan.
                    Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, ‘Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?’ ‘Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,’ jawab lelaki ke satu ini. ‘Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.’ ‘Kau salah!’ suara itu membentak membahana. ‘Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.’ ‘Katakan padaku,’ tanya lelaki ke satu itu. ‘Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?’ ‘Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!’
                    Renungan:
                    Kesombongan macam apakah yang membuat kita merasa lebih baik dari yang lain? Sadarilah betapa banyak orang yang telah mengorbankan segala sesuatu demi keberhasilan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain, dan janganlah menilai seseorang/sesuatu hanya dari ‘yang terlihat’ saja



                    Berita Terkait :

                    Kenapa Allah SWT Merahasiakan Mati


                    Suatu hari seperti dinukil oleh Syekh Abdurahman Al-Sinjari, dalam Al-Buka min Khasyatillah, Nabi Ya’qub berdialog dengan Malaikat pencabut nyawa.“Aku ingin sesuatu yang harus engkau penuhi sebagai tanda persudaraan kita,” pinta Nabi Ya’kub.
                    “Apakah itu.” tanya malaikat maut.
                    “Jika ajalku telah dekat, beritahulah aku.”
                    Malaikat itu menjawab, “Baik, aku akan memenuhinya. Aku akan mengirimkan tidak hanya satu utusan, tapi dua atau tiga utusan.” Setelah itu keduanya berpisah. Hingga setelah lama malaikat itu datang kembali.
                    “Wahai sahabatku, 
                    apakah engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?” tanya Nabi Ya’qub. 
                    “Aku datang untuk mencabut nyawamu.” jawab malaikat.
                    “Lalu mana ketiga utusanmu?” tanya Nabi Ya’qub lagi.
                    “Sudah kukirim. Putihnya rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah kekarnya, dan membungkuknya badanmu setelah tegapnya. Wahai Ya’qub itulah utusanku untuk setiap anak Adam.”
                    Tetapi, kematian itu tidak hanya akan menimpa kepada orang-orang yang sudah lanjut usia (tua) saja, tapi semua orang baik itu bayi yang baru lahir atau belum lahir, anak-anak, remaja, dewasa samapai orang tua yang sudah jompo sekali. Pokoknya, setiap yang berjiwa baik itu manusia, hewan, tumbuhan dan lain sebagainya akan merasakan mati, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT yang artinya,
                    “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…” (QS. Ali Imran (3): 185)
                    Malahan di lain ayat-Nya Allah SWT menerangkan bahwa kematian itu terjadi atas izin Allah SWT sebagai sebuah ketetapan yang telah ditentukan waktunya, sebagaimana firman-Nya,
                    “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya…” (QS. Ali Imran (3): 145)
                    Maka, oleh karena itu, dimanapun kita, sedang apa pun kita, kalau Allah SWT sudah menetapkan ketentuan-Nya, bahwa saat ini, menit ini, jam ini, dan hari ini kita di takdirkan mati, maka matilah kita. Allah SWT berfirman,
                    “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. An-Nisa (4): 78)
                    Kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi dan akan menimapa kepada setiap yang berjiwa. Yang jadi masalah adalah tidak ada yang tahu kapan kematian itu akan menimpa. Malahan Rasulullah SAW sendiri pun tidak diberitahu oleh Allah SWT. Sehingga timbul pertanyaan didiri kita masing-masing, kenapa Allah SWT merahasiakan masalah kematian ini?
                    Ada beberapa alasan yang bisa kita ambil dari dirahasiakannya kematian itu:
                    1. AGAR KITA TIDAK CINTA DUNIA
                    DR. Aidh Al-Qarni dalam sebuah bukunya Cambuk Hati berkata bahwa, “Dunia adalah jembatan akhirat. Oleh karena itu, seberangilah ia dan janganlah Anda menjadikannya sebagai tujuan. Tidaklah berakal orang yang membangun gedung-gedung di atas jembatan”.
                    Al-Ghazali dalam bukunya Mutiara Ihya Ulumuddin menukil beberapa hadits mengenai masalah dunia diantaranya adalah:
                    Rasulullah SAW bersabda, “Dunia itu penjara bagi orang Mukmin dan surga bagi orang kafir”.
                    Dan sabdanya pula, “Dunia itu terkutuk. Terkutuklah apa yang ada di dalamnya kecuali yang ditujukan kepada Allah.”
                    Abu Musa Al-Asy’ari berkata bahwa Raulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mencintai dunianya, niscaya ia akan membahayakan akhiratnya. Dan barangsiapa mencintai akhiratnya, niscaya ia akan membahayakan dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal daripada apa yang binasa.”
                    Intinya adalah agar kita tidak cinta pada sesuatu yang pasti tiada. Jangan sampai ada makhluk, benda, harta, jabatan yang menjadi penghalang kita dari Allah SWT.
                    2. AGAR KITA TIDAK MENUNDA AMAL
                    Kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, semua dirahasiakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, kita jangan sampai menunda-nunda ibadah, dan semua amal perbuatan baik yang akan kita lakukan, tobat yang kita lakukan, maaf yang kita ucapkan.
                    Syekh Ahmad Atailah dalam bukunya Mutu Manikan dari Kitab Al-Hikam mengatakan bahwa,
                    “Penundaanmu untuk beramal karena menanti waktu senggang, adalah timbul dari hati yang bodoh.”
                    Dan Syekh Ahmad Atailah juga memberikan tipsnya untuk mengatur waktu dalam kehidupan duniawi yang mana perlu diperhatikan hal-hal berikut:
                    1–Utamakan kehidupan akhirat, dan jadikan hidup didunia sebagai jembatan menuju akhirat, dan jangan menunda waktu beramal.
                    2–Berpaculah dengan waktu, karena apabila salah menggunakan waktu, maka waktu itu akan memenggal kita. Artinya terputus seseorang dengan waktu terputus pula amal selanjutnya.
                    3–Mengejar dunia tidak akan ada habisnya, lepas satu datang pula lainnya. Amal yang tertunda karena habisnya waktu, akan melemahkan semangat untuk menjalankan ibadah. Akibatnya hilang pula wujud kita sebagai hamba Allah yang wajib beribadah.
                    4–Pergiatlah waktu beramal sebelum tibanya waktu ajal.
                    5–Perketat waktu ibadah sebelum datang waktu berserah.
                    6–Jangan menunda amal bakti sebelum datang waktu mati.
                    7–Aturlah waktu untuk beramal agar kelak tidak menyesal.
                    3. AGAR MENCEGAH MAKSIAT
                    Ibnu Bathal berkata: “Jihadnya seseorang atas dirinya adalah jihad yang lebih sempurna”.
                    Allah SWT berfirman, “Dan adapun orang yang takut pada kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya” (QS. An-Nazi’at (79): 40).
                    Jihad seseorang atas dirinya sendiri dapat berupa mencegah diri dari maksiat, mencegah diri dari apa yang syubhat dan mencegah diri dari memperbanyak syahwat (kesenangan) yang diperbolehkan karena ingin menikmatinya kelak diakhirat.
                    Meninggalkan maksiat adalah perjuangan, sedang keengganan meninggalkannya adalah pengingkaran. Maka, untuk menghindari maksiat, tidak lain dengan menemukan jalan keluarnya, dan satu-satunya jalan keluar adalah ketaatan dan menempatkan diri pada pergaulan yang dapat terhindar dari panggilan dan godaan hawa nafsu itu sendiri.
                    4. AGAR MENJADI ORANG YANG CERDAS
                    Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang cerdas adalah yang merendahkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sementara orang bodoh adalah orang yang mengikuti diri pada hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan angan-angan kosong.”
                    Oleh karena itu, jadilah menjdi orang yang cerdas. Karena hanya orang yang cerdaslah yang tahu bagaimana mempersiapkan mati. Mereka tahu bagaimana merubah yang fana ini menjadi sesuatu yang kekal.
                    Misalnya, bagaimana caranya gaji yang fana ini bisa berubah menjadi kekal? Maka caranya adalah dengan mengeluarkan sebagian atau semuanya kalau memungkinkan dari gaji itu untuk tabungan akhiratnya. Dan ini merupakan investasi kita untuk masa depan kita juga.
                    Sahabat-sahabat sekalian, kematian adalah sesuatu hal yang misterius yang hanya Allah saja yang tahu. Tinggal bagaimana diri kita dalam mempersiapkan diri ini untuk menghadapi kematian yang akan mendatangi kita.
                    ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali Imran (3): 102)



                    Berita Terkait :

                    Nikmati Proses


                    Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu ALLOH yang menetapkan, tapi bagi kita punya kewajiban untuk menikmati dua perkara yang dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan,
                    selebihnya terserah ALLOH SWT. 
                    Seperti para mujahidin 
                    yang berjuang membela bangsa dan agamanya, sebetulnya bukan kemenangan yang terpenting bagi mereka, karena menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan kepada siapapun. Tapi yang paling penting baginya adalah bagaimana selama berjuang itu niatnya benar karena ALLOH dan selama berjuang itu akhlaknya
                    juga tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yang mampu seperti ini, sebab ketika dapat
                    mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada.
                    Ketika jualan dalam rangka mencari nafkah untuk keluarga, maka masalah yang terpenting bagi kita bukanlah uang dari jualan itu, karena uang itu ada jalurnya, ada rizkinya dari ALLOH dan semua pasti mendapatkannya. Karena kalau kita mengukur kesuksesan itu dari untung yang didapat, maka akan gampang sekali bagi ALLOH untuk memusnahkan untung yang didapat hanya dalam waktu sekejap. Dibuat musibah menimpanya, dikenai bencana, hingga akhirnya semua untung yang dicari berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika.
                    Walhasil yang terpenting dari bisnis dan ikhtiar yang dilakukan adalah prosesnya. Misal, bagaimana selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada satu miligram pun hak orang lain yang terambil oleh kita, bagaimana ketika berjualan itu
                    kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar dijaga kejujuran kita, tepat waktu, janji-janji kita penuhi.
                    Dan keuntungan bagi kita ketika sedang berproses mencari nafkah adalah dengan sangat menjaga nilai-nilai perilaku kita. Perkara uang sebenarya tidak usah terlalu dipikirkan, karena ALLOH Mahatahu kebutuhan kita lebih tahu dari kita sendiri. Kita sama sekali tidak akan terangkat oleh keuntungan yang kita dapatkan, tapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani.
                    Ini perlu dicamkan baik-baik bagi siap pun yang sedang bisnis bahwa yang termahal dari kita adalah nilai-nilai yang selalu kita jaga dalam proses. Termasuk ketika kuliah bagi para pelajar, kalau kuliah hanya menikmati hasil ataupun hanya ingin gelar, bagaimana
                    kalau meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tidak tahu kapan akan meninggal.
                    Karenanya yang paling penting dari perkuliahan, tanya dulu pada diri, mau apa dengan kuliah ini? Kalau hanya untuk mencari isi perut, kata Imam Ali, “Orang yang pikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari
                    perutnya”. Kalau hanya ingin cari uang, hanya tok uang, maka asal tahu saja penjahat juga pikirannya hanya uang.
                    Bagi kita kuliah adalah suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhirnya hidup kita bisa lebih meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuannya adalah agar dapat meningkatkan kemampuan orang lain. Kita cari nafkah sebanyak mungkin supaya bisa
                    mensejahterakan orang lain.
                    Dalam mencari rizki ada dua perkara yang perlu selalu kita jaga, ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilainya, dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah yang sangat penting. Dalam perkuliahan, niat kita mau apa nih? Kalau mau sekolah,
                    mau kuliah, mau kursus, selalu tanyakan mau apa nih? Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda, karena belum tentu kita masih hidup ketika kursus selesai.
                    Ah, Sahabat. Kalau kita selama kuliah, selama sekolah, selama kursus kita jaga sekuat-kuatnya mutu kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau nyontek lalu kita meninggal sebelum diwisuda? Tidak ada masalah, karena apa yang kita lakukan sudah jadi amal kebaikan. Karenanya jangan terlalu terpukau dengan hasil.
                    Saat melamar seseorang, kita harus siap menerima kenyataan bahwa yang dilamar itu belum tentu jodoh kita. Persoalan kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara baik-baik, sudah menentukan tanggal, tiba-tiba menjelang pernikahan ternyata ia mengundurkan diri atau akan menikah dengan yang lain. Sakit hati sih wajar dan manusiawi, tapi ingat bahwa kita tidak pernah rugi kalau niatnya sudah baik, caranya sudah benar, kalaupun tidak jadi nikah dengan dia. Siapa tahu ALLOH telah menyiapkan
                    kandidat lain yang lebih cocok.
                    Atau sudah daftar mau pergi haji, sudah dipotret, sudah manasik, dan sudah siap untuk berangkat, tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal untuk berangkat. Apakah ini suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini merupakan nikmat dan pertolongan dari ALLOH,
                    karena kalau berangkat haji belum tentu mabrur, mungkin ALLOH tahu kapasitas keimanan dan kapasitas keilmuan kita.
                    Oleh sebab itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil, karena hasil yang bagus menurut kita belum tentu bagus menurut perhitungan ALLOH. Kalau misalnya kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yang mampu kita kelola. Suatu saat ALLOH memberikan untung satu milyar, nah untung ini justru bisa jadi musibah buat kita. Karena setiap datangnya rizki akan efektif kalau iman kitanya bagus dan kalau ilmu kitanya bagus. Kalau tidak, datangnya uang, datangnya gelar, datangnya pangkat, datangnya kedudukan, yang tidak dibarengi kualitas pribadi kita yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Ada orang yang hina gara-gara dia punya kedudukan, karena kedudukannya tidak dibarengi
                    dengan kemampuan mental yang bagus, jadi petantang-petenteng, jadi sombong, jadi sok
                    tahu, maka dia jadi nista dan hina karena kedudukannya.
                    Ada orang yang terjerumus, bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat karena uangnya juga tidak ada, tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba dia begitu mudahnya mengakses tempat-tempat maksiat.
                    Nah, Sahabat. Selalulah kita nikmati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran, ternyata kue lebaran yang hasilnya begitu enak itu telah melewati proses yang begitu panjang dan lama. Mulai dari mencari bahan-bahannya, memilah-milahnya, menyediakan peralatan yang pas, hingga memadukannya dengan takaran yang tepat, dan sampai menungguinya di open. Dan lihatlah ketika sudah jadi kue, baru dihidangkan
                    beberapa menit saja, sudah habis. Apalagi biasanya tidak dimakan sendirian oleh yang
                    membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tidak menikmati proses membuatnya, dia akan rugi karena dapat capeknya saja, karena hasil proses membuat kuenya pun habis dengan seketika oleh orang lain. Artinya, ternyata yang kita nikmati itu bukan sekedar hasil, tapi proses.
                    Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh begitu berat, tidur susah, berbaring sulit, berdiri berat, jalan juga limbung, masya ALLOH. Kemudian saat melahirkannya pun berat dan sakitnya juga setengah mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga
                    melahirkan, sewaktu kecil ngencingin, ngeberakin, sekolah ditungguin, cengengnya luar biasa, di SD tidak mau belajar (bahkan yang belajar, yang mengerjakan PR justru malah ibunya) dan si anak malah jajan saja, saat masuk SMP mulai kumincir, masuk SMU mulai coba-coba jatuh cinta.
                    Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tidak pakai keikhlasan, maka akan sangat tidak sebanding antara balas budi anak dengan pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anaknya berhasil, sedangkan prosesnya sudah capek setengah mati seperti itu, tiba-tiba anak meninggal, naudzhubillah, apa yang kita dapatkan?
                    Oleh sebab itu, bagi para ibu, nikmatilah proses hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mengurus anak, pusingnya, ngadat-nya, dan rewelnya anak sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mendidik anak, menyekolahkan anak, dengan penuh jerih payah dan
                    tetesan keringat sebagai ladang amal. Jangan pikirkan apakah anak mau balas budi atau
                    tidak, sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini, insya ALLOH tidak akan pernah rugi. Karena memang rizki kita bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan



                    Berita Terkait :

                    Setelah Ramadhan Apa yang Kita Lakukan

                    istiqomah setelah ramadhan

                    Sahabat Fillah…. 
                    Ramadhan adalah bulan tarbiyah, bulan latihan untuk menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertaqwa. Dengan taqwa kesulitan kita diberi jalan keluar, diberi rizki dari jalan yang tak di sangka-sangka, urusan kita dimudahkan, dan kesalahan kita dimaafkan. Dengan taqwa, kita akan selamat dan berbahagia di dunia dan akhirat. Amiin Insya Allah..

                    Ada lima semangat Ramadhan yang harus selalu kita miliki agar taqwa selalu bersama kita. Yaitu semangat belajar, beramal, bersabar, bersaudara dan peduli.
                    • Ramadhan telah memotivasi kita untuk rajin  belajar
                    • Ramadhan telah mengajak kita untuk memperbanyak  amal, di waktu siang dan malam hari.
                    • Ramadhan telah melatih kita untuk  bersabar. Bersabar untuk taat kepada-Nya semata-mata, meninggalkan maksiat, menanggung ujian dan menerima takdir, dalam situasi dan kondisi apapun, dalam suka maupun duka
                    • Ramadhan telah membimbing kita untuk  bersaudara. Perbedaan jumlah rakaat taraweh, perbedaan masjid tempat beri’tikaf, perbedaan penetapan awal dan akhir Ramadhan, dan perbedaan-perbedan lain-nya, tidak menghalangi kita untuk hidup bersama dengan harmonis.
                    • Ramadhan telah mengajari kita untuk  peduli. Memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, memperbanyak infaq, mengeluarkan zakat, saling mendoakan. Adalah bukti kepedulian kita kepada sesama.
                    Disamping ke lima diatas, Bulan Ramadhan sesungguhnya menjadi saksi atas segala amalan yang kita kerjakan selama ini, apakah itu berupa keburukan dan maksiat, ataukah ibadah dan amal shaleh. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita melakukan intropeksi mulai saat ini, melakukan muhasabah terhadap segala hal yang sudah kita lakukan di bulan Ramadhan yang telah berlalu. Agar Ramadhan tahun ini tidak berlalu begitu saja seperti Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.
                    Ada beberapa amalan yang mesti terus kita lakukan selepas bulan Ramadhan, baik yang wajib maupun yang sunnah, Mari kita bahas Sesuai dengan momment saat ini :
                    1.    Tetap selalu menjaga shalat fardhu berjamaah:


                    Selama bulan Ramadhan, kita sudah membiasakan diri untuk selalu terikat dengan masjid. Setiap kali suara azan dikumandangkan, kita ayunkan langkah kaki untuk mengerjakan kewajiban shalat bersama-sama dengan kaum muslimin secara berjamaah. Ketika Ramadhan telah berakhir, hendaknya muncul semangat baru yang berawal dari kebersihan hati dan jiwa. Energi besar ini harus terus menerus kita jaga, hingga tibanya Ramadhan berikutnya. Jika semangat itu tetap terjaga, kita akan semakin mudah melaksanakan shalat berjamaah, terlebih lagi pahala shalat berjamaah ini sangat besar, sebagaimana yang disabdakan Nabi r dari Abdullah bin Umar , bahwasanya  Rasulullah bersabda:
                    Shalat berjamaah lebih baik dari shalat sendirian dua puluh derajat.”  Dan dalam satu riwayat: “Dua puluh lima derajat.”Muttafaqun ‘alaih. (HR. al-Bukhari no. 1503, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 984 dan 986.)
                    Dan dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda:
                    Barangsiapa yang berwudhu di rumahnya, kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah I(masjid), untuk menunaikan salah satu kewajiban Allah I, niscaya salah satu langkahnya menggugurkan dosa dan yang lain meninggikan derajat.” HR. Muslim no. 666.
                    Abu Hurairah t juga meriwayatkan dalam hadits yang lain, bahwa Nabi  bersabda:
                    Barangsiapa yang pergi ke masjid, di pagi hari atau di sore hari, niscaya Allah I menyiapkan sorga sebagai tempat tinggalnya, setiap ia berangkat di pagi hari atau di sore hari.” Muttafaqun ‘alaih. HR. al-Bukhari no. 662, dan Muslim no. 669, ini adalah lafazhnya
                    2.    Melaksanakan shalat sunnah rawatib dan shalat-shalat sunnah lainnya:

                    Kita telah mendapatkan tarbiyah yang sangat berharga dari madrasah Ramadhan. Salah satunya adalah memperbanyak ibadah shalat-shalat sunnah seperti tarawih, witir, dan tahajjud. Dan setelah Ramadhan berakhir, hendaklah semangat yang telah kita peroleh dari madrasah Ramadhan itu jangan ikut pergi bersama berlalunya bulan Ramadhan.
                    Adapun di antara keutamaan shalat sunnah tersebut adalah:
                    a.      Sunnah rawatib : yaitu shalat yang dilaksanakan sebelum atau sesudah shalat fardhu:
                    Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah  bersabda:
                    ‘Tidak ada seorang hamba yang melaksanakan shalat karena Allah setiap hari sebanyak dua belas rekaat selain yang fardhu, kecuali Allah membangun untuknya satu rumah di surga, atau melainkan dibangun untuknya satu rumah di surga.” HR. Muslim. HR. Muslim no. 728.
                    Sunnah-sunnah tersebut adalah 4 rakaat sebelum zuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat setelah magrib, 2 rakaat setelah isya, dan 2 rakaat sebelum subuh, semuanya berjumlah 12 rakaat. Sunnah rawatib yang paling utama adalah dua rakaat sebelum shalat Subuh, dan sunnah rawatib ini boleh dilaksanakan di masjid dan boleh pula di rumah, dan yang lebih utama adalah di rumah.
                    berdasarkan sabda Nabi  :
                    Laksanakanlah shalat di rumahmu, wahai manusia, maka sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat fardhu.” Muttafaqun ‘alaih. HR. al-Bukhari no. 731, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 781
                    b.    Shalat Tahajjud: yaitu ibadah shalat yang dilaksanakan di malam hari dan Allah  memerintahkan kepada Rasul-Nya r agar selalu melaksanakannya:
                    Firman Allah :
                    Hai orang yang berselimut (Muhammad), * bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), * (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, * atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (QS. Al-Muzammil :1-4)


                    Dan firman-Nya:
                    Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Israa`:79)


                    Dan Rasulullah pernah ditanya tentang shalat yang paling utama setelah shalat fardhu, beliau menjawab:
                    Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam.” HR. Muslim. HR. Muslim no. 1163.
                    c.      Shalat Witir : yaitu shalat yang dilaksanakan setelah shalat Isya hingga terbit fajar yang kedua. Sekurang-kurangnya satu rekaat dan sebanyak-banyaknya sebelas atau tiga belas rekaat.
                    Dari Abu Hurairah , ia berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah ) berpesan kepadaku dengan tiga perkara, aku tidak akan meninggalkannya hingga mati: puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan tidur setelah shalat witir.” Muttafaqun ‘alaih.HR. al-Bukhari no. 1178, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 721.]
                    Ini adalah sebagian dari keutamaan shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah yang lainnya. Di samping itu masih banyak shalat-shalat sunnah lainnya yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, seperti shalat Dhuha, shalat Istikharah, shalat gerhana dan yang lainnya. Wallahu A’lam.
                    3.    Membaca al-Qur`an:

                    Tarbiyah lainnya selama madrasah Ramadhan yang telah kita jalani adalah membaca al-Qur`an. Kita harus mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah, karena selama bulan Ramadhan, sebagian besar dari kita telah berhasil mengkhatamkan al-Qur`an minimal satu kali, atau paling tidak kita telah mampu membaca sekian juz dan surah selama bulan al-Qur`an yang mulia ini. Hal itu merupakan hidayah dan taufik yang tidak terhingga yang telah dianugerahkan Allah kepada kita.
                    Setelah berlalunya bulan yang mulia ini, muncul satu pertanyaan singkat, bagaimana setelah Ramadhan? Akankah energi membaca al-Qur`an yang sudah kita dapatkan selama bulan Ramadhan akan kita biarkan lepas dari kita setelah berlalunya bulan Ramadhan? Tentu kita tidak menghendaki hal seperti itu. Sedangkan satu hari masih tetap seperti biasa, yaitu 24 jam.
                    Sahabat Fillah,
                    Kalau dalam sehari kita mampu membaca majalah, surat kabar, atau bahan bacaan lainnya sekian halaman banyaknya, kenapa kita tidak berusaha untuk melakukan hal yang sama terhadap al-Qur`an? Padahal al-Qur`an adalah sumber pedoman hidup kita yang pertama, di samping hadits-hadits Rasulullah  sebagai sumber yang kedua. Cobalah kita membacanya paling tidak sekadar satu atau dua ayat sebelum atau sesudah shalat fardhu, tentu lebih baik lagi kalau kita bisa melakukan lebih dari itu. Setelah itu, cobalah kita membaca terjemahannya dan melakukantadabbur (perenungan, penghayatan) terhadap ayat yang telah kita baca. Kalau itu bisa kita lakukan, kita akan bisa merasakan betapa indahnya agama Islam yang kita anut ini. Kalau kita membaca atau mendengar cerita orang-orang mendapat hidayah untuk memeluk Islam, sebagian besar dari mereka mendapatkan cahaya iman dari al-Qur`an yang penuh dengan nur Ilahi.
                    Sebagian kaum muslimin, pada saat ini, telah jauh dari al-Qur`an yang merupakan petunjuk paling utama dalam mengarungi kehidupan. Sementara para musuh Islam berusaha keras untuk menjauhkan kaum muslimin secara personal maupun kelompok dari al-Qur`an. Dalam buku ‘Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern‘ yang ditulis oleh Nabil bin Abdurrahman al-Mahisy/13, disebutkan bahwa Jal Daston selaku perdana menteri Inggris mengemukakan bahwa selama al-Qur`an masih berada di tangan kaum muslimin, Eropa tidak akan bisa menguasai negara-negara Timur.
                    Merupakan satu keharusan bagi setiap muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir, dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, dan untuk menggairahkan serta menghidupkan kembali gairah dan energi kita dalam membaca al-Qur`an, berikut ini adalah sebagian di antara keutamaan al-Qur`an dan membacanya:
                    Firman Allah :
                    Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (QS. Al-Israa`:9)


                    Hadits Rasulullah  yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Utsman bin ‘Affan, Nabi  bersabda:
                    Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya.”  HR. al-Bukhari no. 5027
                    
                    Dan dalam hadits lain, dari Abu Umamah al-Bahili, Rasulullah  bersabda:
                    Bacalah al-Qur`an, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada ahlinya.” HR. Muslim.HR. Muslim no. 804
                    Semoga Allah  memberi hidayah dan taufik kepada kita semua, serta memudahkan langkah kita untuk kembali kepada Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.
                    4.    Melaksanakan puasa-puasa sunnah:
                    Kita telah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. Dan setelah bulan penuh berkah itu meninggalkan kita seiring perjalan waktu, hendaklah kita tidak meninggalkan ibadah puasa sunnah yang dianjurkan kepada kita di luar bulan Ramadhan. Di antara puasa-puasa sunnah dan keutamaannya adalah sebagai berikut:
                    a.     Puasa enam hari bulan Syawal: 
                    Rasulullah  bersabda:
                    Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian meneruskannya berpuasa enam hari bulan Syawal, nilainya sama seperti berpuasa setahun penuh.”HR. Muslim no. 1164]

                    b.     Puasa hari Arafah , yaitu hari ke sembilan di bulan Dzulhijjah: Rasulullah  pernah ditanya tentang puasa hari ‘Arafah, beliau bersabda:
                    Ia menebus (dosa-dosa) tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.”HR. Muslim no. 1164 dan 197
                    c.    Puasa hari ‘Asyura, yaitu berpuasa pada tanggal sepuluh bulan Muharram. Dan dianjurkan pula berpuasa di hari ke sembilannya, agar berbeda dengan kaum Yahudi: Rasulullah r pernah ditanya tentang puasa hari ‘Asyura`, beliau menjawab:
                    Ia menebus (dosa-dosa) satu tahun sebelumnya.” HR. Muslim no. 1164 dan 197
                    d.    Puasa hari Senin dan Kamis , dan puasa hari senin lebih kuat dari segi dalil: Rasulullah  pernah ditanya tentang puasa di hari Senin, beliau menjawab:
                    Itulah hari kelahiranku, dan aku dibangkitkan atau diturunkan (al-Qur`an) kepadaku.” HR. Muslim no. 1164 dan 197
                    e.      Puasa tiga hari setiap bulan pada tanggal 13, 14, 15 yang disebut puasa hari-hari putih, karena selama tiga hari itulah bulan purnama bersinar terang: dari Abu Dzarr, beliau berkata:
                    Rasulullah r memerintahkan kami berpuasa tiga hari setiap bulan: hari ke 13, 14, dan 15.”
                    Hasan/ HR. an-Nasa`i  4/222, at_Tirmidzi no. 761, dan Ibnu Hibban no. 3647 dan 3648. at-Tirmidzi berkata: ‘Ini adalah hadits hasan’.
                    
                    5.    Taubat dan Istighfar kepada Allah  :

                    Bulan Ramadhan yang mulia adalah bulan ampunan dan kebebasan dari api neraka. Di bulan yang penuh berkah itu, kita tentu telah memohon ampunan kepada Allah  atas segala dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan semasa hidup kita. Namun setelah Ramadhan berakhir, bukan berarti kita berhenti meminta ampun dan bertaubat kepada Allah. Justru kita selalu dianjurkan agar senantiasa memohon ampunan dan terus bertaubat kepada Allah. Banyak sekali perintah agar kita selalu bertaubat dan istighfar, baik yang terdapat di dalam al-qur`an atau pun dalam sunnah-sunnah Rasulullah, dan di antaranya adalah:
                    firman Allah :
                    Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur:31)

                    Dan firman-Nya:
                    Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, …”. (QS. At-Tahrim:8)
                    Rasulullah  bersabda:
                    “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak seratus kali.’HR. Muslim.
                    Ayat dan hadits di atas dengan jelas memerintahkan kepada kita agar selalu bertaubat dan istighfar kepada Allah  atas segala kesalahan yang pernah kita lakukan. Rasulullah  di samping menyuruh kita, beliau juga selalu bertaubat dan meminta ampun kepada Allah  sampai seratus kali setiap hari. Lalu bagaimana dengan kita sudah sangat banyak melakukan kesalahan dan dosa sepanjang hidup kita.
                    Sahabatku,
                    Ada beberapa faedah yang bisa kita peroleh dengan selalu bertaubat dan istigfar, selain sebagai suatu kewajiban, di antaranya yang terpenting adalah yang difirmankan Allah :
                    Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”. (QS. Al-Anfaal :33)

                    Abu Musa al-Asy’ari ketika memberikan komentar terhadap ayat di atas, beliau mengatakan, ‘Kami bisa merasa tenang pada masa hidup Rasulullah , karena kami yakin dengan pasti bahwa Allah  tidak akan pernah menurunkan azab-Nya kepada kami selama beliau  masih berada di tengah-tengah kami. Namun, setelah beliau telah tiada, tidak ada lagi yang bisa menahan turunnya azab Allah  kecuali kalau kita senantiasa meminta ampun kepada-Nya.’  
                    Wallahu A’lam.
                    Sahabatku…
                    Demikianlah beberapa perkara yang perlu diketahui dan diamalkan setelah berlalunya bulan Ramadhan, semoga Allah  memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita agar bisa memahami dan mengamalkannya. Amin.

                    Love you All Cause of Allah
                    
                    Sumber : Ust.Muhammad Iqbal Ahmad Gazali
                    dan buku lainnya



                    Berita Terkait :

                    Powered by Blogger.